Baik dropshipping maupun e-commerce adalah model bisnis yang sama-sama bergerak dalam ranah online, sehingga keduanya lumayan banyak diminati bagi Anda yang ingin merambah ke dunia perdagangan digital.
Meskipun begitu, keduanya sebenarnya punya perbedaan mendasar yang cukup signifikan. Penting untuk memahami perbedaan antara e-commerce maupun dropshipping bisnis sebelum menentukan model mana yang paling sesuai untukmu.
Apa Itu Dropshipping?
Dropshipping bisnis adalah model yang memungkinkan penjual untuk tidak menyimpan inventaris produk yang mereka jual. Sebaliknya, ketika penjual menerima pesanan dari pelanggan, mereka meneruskan pesanan tersebut ke pemasok atau produsen, yang kemudian mengirimkan produk langsung ke pelanggan atas nama penjual.
Ini artinya, penjual tidak perlu menangani produk secara fisik, mengelola inventaris, atau mengurus pengiriman.
Contoh dropshipping bisnis adalah sebagai berikut:
- Oberlo, yakni platform yang memungkinkan pengusaha menemukan produk untuk dijual secara online tanpa perlu menyimpan inventaris.
- Spocket, yakni aplikasi dropshipping yang terintegrasi dengan platform e-commerce seperti Shopify, memungkinkan penjual untuk memilih produk dari pemasok yang berlokasi di AS dan Eropa.
- Dusdusan, yang merupakan platform dropshipping yang menyediakan berbagai produk rumah tangga dan kebutuhan sehari-hari.
- Winmarket, platform dropshipping bisnis yang menyediakan berbagai produk seperti fashion, kecantikan, dan perlengkapan rumah.
Apa Itu E-Commerce?
E-commerce, atau perdagangan elektronik, adalah proses membeli dan menjual produk atau layanan melalui internet. Dalam model e-commerce, penjual biasanya membeli produk dalam jumlah besar, menyimpannya di gudang atau pusat pemenuhan, dan mengirimkannya ke pelanggan saat pesanan diterima. Model ini memberikan kontrol penuh kepada penjual atas inventaris, kualitas produk, dan proses pengiriman.
Berikut adalah contoh E-Commerce:
- Amazon, yakni platform e-commerce terbesar di dunia yang menghubungkan jutaan pembeli dan penjual. Amazon beroperasi sebagai marketplace yang memungkinkan penjual pihak ketiga untuk mencantumkan produk mereka bersama dengan inventaris Amazon sendiri.
- Tokopedia, tempat di mana banyak pengusaha yang membangun toko online dan mengelola semua aspek bisnis mereka sendiri.
- Sociolla, e-commerce yang khusus menjual produk kecantikan dan skincare dengan jaminan produk asli.
- Zalora, yaitu e-commerce khusus fashion yang menyediakan berbagai merek pakaian, sepatu, dan aksesoris dari lokal maupun internasional.
Perbandingan Antara Dropshipping dan E-Commerce
Agar dapat menentukan mana yang lebih baik antara e-commerce dan dropshipping bisnis, kita perlu mengetahui lebih lanjut, nih, terkait keduanya dalam berbagai aspek. Nah, berikut adalah berbagai aspek yang dapat dijadikan bahan pertimbangan:
1. Manajemen Inventaris
- E-Commerce: Penjual membeli produk dalam jumlah besar dan menyimpannya di gudang atau pusat pemenuhan. Mereka bertanggung jawab atas manajemen inventaris, termasuk penyimpanan, pengemasan, dan pengiriman.
- Dropshipping: Penjual tidak menyimpan inventaris. Pemasok menangani penyimpanan, pengemasan, dan pengiriman produk langsung ke pelanggan.
2. Investasi Awal dan Biaya Operasional
- E-Commerce: Membutuhkan investasi awal yang signifikan untuk membeli inventaris, menyewa ruang penyimpanan, dan mengelola logistik.
- Dropshipping: Memiliki biaya awal yang lebih rendah karena tidak perlu membeli inventaris atau menyewa gudang. Biaya operasional juga lebih rendah karena pemasok menangani logistik.
3. Kontrol atas Produk dan Kualitas
- E-Commerce: Penjual memiliki kontrol penuh atas pemilihan produk, kualitas, branding, dan pengalaman pelanggan.
- Dropshipping: Penjual memiliki kontrol terbatas atas produk dan kualitasnya karena bergantung pada pemasok.
4. Keuntungan dan Margin Laba
- E-Commerce: Dapat menawarkan margin laba yang lebih tinggi karena penjual dapat membeli produk dengan harga grosir dan menetapkan harga jual mereka sendiri.
- Dropshipping: Margin laba cenderung lebih rendah karena penjual membeli produk satu per satu dengan harga yang lebih tinggi dan seringkali harus bersaing dalam harga dengan penjual lain.
5. Skalabilitas
- E-Commerce: Skalabilitas dapat dibatasi oleh kapasitas penyimpanan dan kemampuan untuk mengelola inventaris serta logistik.
- Dropshipping: Lebih mudah diskalakan karena penjual tidak perlu khawatir tentang manajemen inventaris atau logistik.
6. Risiko
- E-Commerce: Risiko lebih tinggi terkait dengan investasi awal yang besar, potensi kelebihan stok, dan biaya penyimpanan.
- Dropshipping: Risiko lebih rendah karena tidak ada investasi besar dalam inventaris, tetapi ada risiko terkait dengan ketergantungan pada pemasok dan potensi masalah kualitas produk.
Kelebihan dan Kekurangan
Setelah mengenal perbandingan antara e-commerce maupun dropshipping bisnis, mari kita kenali kelebihan dan kekurangan di antara keduanya, yuk. Berikut adalah perbandingannya:
Dropshipping
Kelebihan maupun kekurangan dropshipping dapat dilihat melalui
Kelebihan:
- Biaya awal rendah karena tidak perlu membeli inventaris di muka, sehingga mengurangi kebutuhan modal awal.
- Manajemen inventaris sederhana, di mana pemasok menangani penyimpanan dan pengiriman sehingga memungkinkan penjual fokus pada pemasaran dan penjualan.
- Skalabilitas yang lebih mudah: Bisnis dapat berkembang dengan lebih cepat tanpa perlu memikirkan pergudangan atau logistik.
Kekurangan:
- Penjual tidak dapat memastikan kualitas produk secara langsung karena semua pengelolaan dilakukan oleh pemasok.
- Persaingan harga ketat karena banyak orang yang terjun ke bisnis dropshipping.
- Produk sering dikirim dari luar negeri, sehingga waktu pengiriman bisa lebih lama dibandingkan dengan e-commerce.
E-Commerce
Kelebihan dan kekurangan e-commerce secara umum adalah sebagai berikut:
Kelebihan:
- Penjual memiliki kontrol penuh atas inventaris, kualitas produk, branding, dan pengalaman pelanggan.
- Margin laba lebih tinggi karena penjual bisa memperoleh harga grosir yang lebih rendah saat membeli produk dalam jumlah besar. Hal ini memungkinkan margin laba jadi lebih tinggi.
- Penjual dapat membangun merek yang kuat dengan kontrol penuh atas pengemasan, presentasi produk, dan layanan pelanggan.
Kekurangan:
- Kamu membutuhkan modal awal yang tinggi untuk membeli inventaris dan menyewa ruang penyimpanan.
- Risiko kelebihan stok jika produk tidak terjual seperti yang diharapkan. Hal ini bisa membuat penjual dapat terjebak dengan kelebihan stok yang sulit dijual.
- Manajemen logistik yang kompleks, di mana penjual harus mengelola penyimpanan, pengemasan, dan pengiriman, yang dapat menjadi rumit dan memakan waktu.
Mana yang Lebih Baik?
Jawaban atas pertanyaan ini bergantung pada kebutuhan dan tujuan bisnis Anda. Jika Anda ingin membangun merek yang kuat dengan kontrol penuh atas produk dan pengalaman pelanggan, maka e-commerce adalah pilihan yang lebih baik.
Namun, jika Anda ingin memulai bisnis dengan risiko rendah dan investasi awal yang minimal, dropshipping bisnis bisa menjadi opsi yang lebih menarik.
Melalui berbagai informasi di atas, semoga Anda bisa menentukan mana yang lebih baik di antara e-commerce dan dropshipping bisnis, ya. Jangan lupa, Anda perlu memperhatikan seberapa besar investasi yang ingin Anda keluarkan, kontrol yang ingin Anda pegang, maupun strategi bisnis seperti apa yang ingin Anda jalankan.
Setelah memahami karakteristik serta kelebihan dan kekurangan e-commerce dan dropshipping bisnis, Anda bisa mengambil keputusan yang lebih bijak dan sesuai dengan visi dan misi bisnis Anda, nih.