
Jakarta –
Perusahaan Korea Selatan LG dikabarkan mundur dari proyek baterai kendaraan listrik senilai US$ 9,8 miliar atau sekitar Rp 164 triliun (kurs Rp 16.800/US$) di Indonesia.
Konsorsium yang meliputi LG Energy Solution, LG Chem, LX International Corp dan mitra lainnya akan bekerja sama dengan pemerintah Indonesia dan BUMN dalam proyek baterai.
Kerja sama mencakup pengadaan bahan baku, produksi prekursor, bahan katode, hingga pembuatan sel baterai. Namun, Pemerintah Indonesia buka suara meluruskan kabar mundur tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut fakta-faktannya:
(1) Bukan mundur, tapi didepak
Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani mengatakan LG bukan hengkang, melainkan didepak dari proyek baterai kendaraan listrik.
ADVERTISEMENT
Pemerintah meminta agar LG keluar dari proyek tersebut. Rosan menjelaskan hal itu dilakukan usai Kementerian ESDM yang dipimpin Bahlil Lahadalia memberikan surat resmi untuk LG soal permintaan keluar dari proyek ekosistem baterai listrik Rp 164 triliun. Surat itu, kata Rosan, dikirimkan Bahlil secara langsung ke LG pada tanggal 31 Januari 2025.
Alasannya, pemerintah menilai LG terlalu lama dalam proses negosiasi proyek daripada merealisasikan investasinya tersebut. Bila dihitung sejak kesepakatan awal proyek ini yang sudah dilakukan sejak 2020, sudah lima tahun sendiri LG tak kunjung merealisasikan investasinya.
“Selama ini dikatakan dari sana memutus, sebetulnya lebih tepatnya dari kami yang memutus. Itu berdasarkan surat resmi tertanggal 31 Januari 2025, diterbitkan oleh Kementerian ESDM. Kenapa? Karena memang negosiasi ini berjalan terlalu lama, kita ingin semua berjalan dengan baik dan cepat,” beber Rosan di Kantor Presiden, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Rabu (23/4/2025).
“Karena negosiasi sudah berlangsung 5 tahun, nggak mungkin kan proyek itu berjalan lama gitu kan, maka dikeluarkan sama pak bahlil dikirimkan Pak Bahlil ke LG Chem dan LG Energy Solution,” katanya melanjutkan.
(2) Huayou Gantikan LG
Di sisi lain, sejak akhir 2024, perusahaan asal China, Huayou menyatakan minat untuk masuk ke dalam proyek besar EV Battery yang dikembangkan di Indonesia. Maka dari itu, setelah LG diminta mundur dari proyek akbar itu, Huayou diajak bergabung untuk menggantikan posisi LG.
“Karena memang dari Huayou juga berminat untuk berinvestasi, karena mereka teknologi juga sudah ada. Mereka yang akan me-replace posisi LG,” sebut Rosan.
Di sisi lain, Huayou sendiri sebetulnya selama ini sudah merealisasikan investasi pada bidang yang sama di Indonesia, tepatnya di sisi industri pengolahan nikel. Huayou pun sudah menyumbangkan dana besar untuk investasi di Indonesia dan punya komitmen untuk menambah investasi.
Huayou juga sudah paham arah hilirisasi industri Indonesia dan memiliki sumber daya yang mumpuni untuk masuk ke dalam proyek akbar baterai kendaraan listrik. Ini jadi alasan pemerintah memilih Huayou menggantikan LG.
“Huayou ini juga sudah investasi di indonesia sebelumnya di bidang yang sama juga. Maka kalau ditanya kenapa Huayou? Karena mereka sudah investasi sebelumnya dan sudah jauh lebih besar, sudah ada di. Mereka paham, mengerti dan sudah ada resources untuk kembangkan ini ke depannya maka Huayou masuk gantikan LG,” terang Rosan.
(hal/hns)