Home / Site News / Perjalanan Pedagang Batu Akik & Emas Bertahan Hadapi Pasang Surut Bisnis

Perjalanan Pedagang Batu Akik & Emas Bertahan Hadapi Pasang Surut Bisnis

Jakarta

Setiap bisnis pasti ada pasang surutnya, termasuk usaha batu akik yang sempat booming tahun 2014-2015. Meski kini pemburu batu mulia tak seramai dulu, Defriman (59) tetap bertahan di Pasar Rawabening-pusat batu akik terbesar se-Asia Tenggara-hingga hari ini.

Batu-batu mulia masih berderet rapi di kiosnya, Toko Usaha Baru. Mulai dari ruby, sapphire, citrine, kecubung, bacan, kalimaya, batu aceh, batu solar padang, hingga raflesia bengkulu. Nama tokonya sendiri cukup menggelitik, mengingat Defriman sebenarnya salah satu pedagang batu dan logam mulia yang paling senior di pasar ini.

“Saya sudah jualan sejak 1988. Awalnya kaki lima, terus masuk pasar dan punya kios tahun 1991,” ujarnya kepada detikcom, Selasa (22/4/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Defriman, pengusaha batu akik dan logam mulia di Pasar Rawabening Jatinegara.Defriman, pengusaha batu akik dan logam mulia di Pasar Rawabening Jatinegara. Foto: Debora Danisa Sitanggang/detikcom

Awal Usaha hingga Kejayaan Batu Akik

Defriman mengenang usahanya yang dimulai dari nol. Akhir 80-an itu, dia hanya mengandalkan pekerjaan sebagai tukang sepuh cincin serta membantu di toko abangnya demi mengumpulkan modal. Setelah modal terkumpul dalam 3 tahun, dia bisa membeli kios di Pasar Rawabening, Jatinegara, Jakarta Timur.

“Sekali sepuh cincin Rp 500 perak, masih gede waktu itu. Sehari sekitar 5-10 biji. Bisa beli toko saya, cash lagi, bukan kredit karena bukan zamannya bank,” tuturnya.


ADVERTISEMENT

Selama bertahun-tahun, Defriman fokus bermain di logam mulia emas dan perak. Hingga sekitar tahun 2014, Defriman mulai mengekspansi bisnis ke batu akik juga. Saat itu, batu akik sedang jaya-jayanya. Semua orang berburu batu akik, saling bertukar dengan harga selangit. Tren itu bahkan berpengaruh ke harga kios Defriman.

“Pernah ada yang nawar sampai Rp 3 miliar buat kios. Tapi kalau sekarang ya paling-paling Rp 500 juta,” celetuknya.

Defriman menempati kios di blok AKS lantai dasar Pasar Rawabening. Ini bukan kios pertama yang dibelinya tahun 1991 itu. Kios lamanya sudah dirobohkan seiring dengan renovasi pasar. Dia membeli kios barunya pada 2010. Ukurannya dua kali lipat lebih besar.

Ketika membeli kios baru itulah, Defriman akhirnya berkenalan dengan BRI. Karena harga kios saat itu sudah belasan kali lebih mahal daripada tahun 1991, ayah tiga anak ini pun harus meminjam ke bank. Defriman mengaku itu pertama kalinya ia mengambil kredit, karena sebelum-sebelumnya dia selalu membeli apa-apa secara tunai. Bahkan rumah sekalipun.

“Ini saya beli Rp 650 juta untuk dua toko (unit). Kalau mau langsung sebenarnya bisa dapat Rp 400 juta, tapi saat itu nggak ada uang jadi harus kredit. Kreditnya lima tahun,” ceritanya.

Defriman, pengusaha batu akik dan logam mulia di Pasar Rawabening Jatinegara.Defriman, pengusaha batu akik dan logam mulia di Pasar Rawabening Jatinegara. Foto: Debora Danisa Sitanggang/detikcom

Kredit kiosnya lunas ketika batu akik sedang booming. Namun, seperti roda kehidupan yang terus berputar, kondisi berubah. Defriman mengaku ada satu penyesalan yang masih dipikirkannya sampai hari ini. Yakni tidak melepas kiosnya ketika ditawar Rp 3 miliar.

“Coba kalau saya dapat Rp 3 miliar, saya belikan emas bisa dapat berapa kilogram. Waktu itu emas Rp 400 ribu per gram, saya bisa dapat sekitar 7 kilogram. Sekarang harga emas tembus Rp 2 juta per gram, bisa punya berapa saya?” kelakarnya dengan tawa renyah.

Nasi sudah jadi bubur. Meski melewatkan kesempatan menjual kios dengan harga tinggi, Defriman masih bisa bertahan di Pasar Rawabening sampai 15 tahun. Usaha emas dan peraknya yang paling banyak membantu. Selain itu, dia juga menyediakan berlian dan permata dalam jumlah terbatas.

Ironi Harga Emas Naik

Di tengah naiknya harga emas saat ini, Defriman berpikir seharusnya ia bisa memanfaatkan peluang. Namun, dia juga mengukur kemampuan modalnya sendiri. Daripada gegabah mengejar jual-beli emas tetapi nombok, dia pun lebih fokus ke usaha perak.

“Emas saya hentikan dulu sementara karena gede modalnya. Kalau emas turun, kerugiannya terlalu banyak. Kalau perak mah bertahan,” tuturnya.

Meski begitu, dia masih menerima jual-beli emas. Menurut Defriman, lebih baik menerima emas muda 35% atau emas suasa daripada emas bagus. Sebab, keuntungan emas bagus cukup tipis bagi pedagang sepertinya.

Soal perak, Defriman biasanya menjual perak yang sudah dihancurkan dan dibungkus dalam plastik per kilogram. Harganya sekitar Rp 17 juta/kg dan cenderung lebih stabil dibandingkan emas.

Ke depan, Defriman ingin menjalankan usaha perhiasan berliannya lagi. Dia pernah menjual perhiasan bertatahkan berlian seperti cincin dan kalung. Akan tetapi, butuh modal besar untuk bisa mulai kembali. Untuk saat ini, berliannya hanya dijual lepasan tanpa dirangkai atau diikat.

“Pengin lagi saya buat, tapi modalnya belum ada. Rp 1 miliar. Kalau bisa bikin ikat ini semua, ramai lagi dagangan saya,” harapnya.

KUR BRI

Sejauh ini, Defriman bertahan dari pesanan-pesanan pelanggan dari balik etalase. Dia juga cukup terbantu karena pinjaman KUR ke BRI sejak Januari 2025 agar paling tidak usahanya tetap berjalan dan tokonya terus buka.

“Toko itu wajib, karena kalau nggak ada toko, pelanggan nggak bakal percaya. Meskipun kita ngontrak pun pelanggan nggak percaya, jadi memang harus punya toko sendiri,” jelasnya.

Mengingat mimpinya untuk bisa membuat perhiasan berlian lagi, Defriman juga berharap bisa mendapatkan pinjaman dengan nominal lebih besar ke depannya meski bukan lagi KUR.

Kepala BRI Unit Jatinegara Kota Hari Justian.Kepala BRI Unit Jatinegara Kota Hari Justian. Foto: Debora Danisa Sitanggang/detikcom

Kendati terhitung nasabah lama, Defriman masih terbilang pengguna untuk KUR. Kepala BRI Unit Jatinegara Kota Hari Justian mengatakan Defriman termasuk salah satu nasabah yang menonjol di Pasar Rawabening.

“Pak Defriman ini sudah lama usaha pendekatan beberapa kali. Selain dia memang sudah lama di usaha batu mulia, dia juga sangat memberikan informasi kalau ada potensi nasabah. Selain dia jadi nasabah pinjaman, dia juga sering referral,” terang Hari ditemui di kantornya, Kamis (24/4/2025).

Karena sudah ada lebih dari delapan pedagang juga menjadi nasabah BRI, Pasar Rawabening pun menjadi klaster tersendiri dalam program Klusterku Hidupku. Yakni klaster batu akik. Ke depannya, BRI Jatinegara Kota berkomitmen hadir lebih dekat ke pedagang agar bisa lebih mudah mengakses layanan perbankan.

“Nasabah di Gems Center yang sudah ambil pinjaman sekitar 20-25 orang, termasuk nasabah yang eksisting sebelumnya. Yang kita bantu dari segi perbankan mungkin akuisisi pinjaman dan transaksinya, QRIS, dan sebagainya,” lanjutnya

(des/hns)