
Jakarta –
Pemerintah mengembalikan status Bandara Ahmad Yani di Semarang menjadi bandara internasional. Langkah ini dinilai membuka peluang besar bagi pertumbuhan industri dan pariwisata di Jawa Tengah, yang selama ini menjadi salah satu motor ekonomi di Pulau Jawa.
Anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi Gerindra, Bambang Haryo Soekartono, mengapresiasi keputusan tersebut. Menurutnya, pengembalian status Bandara Ahmad Yani sebagai bandara internasional sudah sepantasnya dilakukan karena potensi ekonomi Jawa Tengah yang sangat besar.
“Semarang adalah ibu kota Provinsi Jawa Tengah yang memiliki potensi besar, tidak hanya di sektor industri, tapi juga pariwisata. Wilayah ini sangat strategis, baik untuk industri lokal maupun internasional,” kata Bambang Haryo, Senin (28/4/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menjelaskan, posisi geografis Jawa Tengah yang berada di tengah Pulau Jawa menjadikan daerah ini sangat diminati sektor industri, terbukti dari berkembangnya kawasan-kawasan industri yang melayani kebutuhan pelaku usaha mancanegara.
“Misalnya di wilayah Batang. Hampir semua wilayah Jawa Tengah diminati industri asing. Ditambah, UMR di Jawa Tengah relatif rendah, berkisar antara Rp 2,2 juta hingga Rp 3,4 juta, rata-rata Rp 2,5 juta. Ini sangat menarik bagi dunia usaha,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Bambang juga menyoroti pentingnya infrastruktur udara sekelas internasional untuk mendukung aktivitas logistik di Pelabuhan Tanjung Mas Semarang yang melayani hingga 2 juta kontainer internasional setiap tahunnya.
“Dengan pertumbuhan kontainer internasional yang tinggi, keberadaan bandara internasional untuk menunjang perjalanan bisnis menjadi kebutuhan mendesak,” lanjutnya.
Selain sektor industri, potensi wisata di Jawa Tengah juga dinilai besar. Destinasi seperti Candi Borobudur di Magelang dan Dataran Tinggi Dieng di Wonosobo selama ini menjadi magnet wisatawan mancanegara.
“Sejak zaman Belanda, Jawa Tengah sudah menjadi pusat kunjungan orang asing karena udaranya yang segar, pemandangan indah, dan kekayaan budaya seperti Kejawen yang bahkan lebih beragam dibanding Bali,” ungkapnya.
Bambang mengingatkan bahwa Bandara Ahmad Yani sudah dilengkapi fasilitas berstandar internasional sejak masa pemerintahan Presiden ke-7 Joko Widodo, seperti dua garbarata untuk pesawat wide-body tipe Airbus 330 dan Boeing 747.
“Fasilitasnya sudah dipersiapkan untuk bandara internasional. Tapi sempat diturunkan statusnya, yang menurut saya itu justru membuang anggaran yang sudah dikeluarkan,” katanya.
Ia juga menyoroti pentingnya akses udara cepat, terutama mengingat Pelabuhan Tanjung Mas kini rutin menerima kunjungan kapal pesiar 3-4 kali sebulan.
“Turis dari kapal pesiar tentu akan lebih memilih penerbangan langsung dari Semarang ketimbang harus ke Jakarta dulu,” tambah Bambang.
Dengan dikembalikannya status internasional Bandara Ahmad Yani, ia berharap pelaku industri wisata dapat lebih agresif membuat paket-paket baru dan meningkatkan promosi destinasi lokal.
“Sayang sekali Borobudur saat ini hanya menarik 160 ribu wisatawan per tahun, padahal patung Mermaid di Denmark bisa menarik 1-2 juta turis per tahun. Dengan akses penerbangan internasional langsung, kita harapkan jumlah wisatawan bisa jauh meningkat,” pungkasnya.
(rrd/rir)