Home / Site News / 10 Negara Penghasil Logam Tanah Jarang Terbesar di Dunia

10 Negara Penghasil Logam Tanah Jarang Terbesar di Dunia

image

Jakarta

Permintaan logam tanah jarang global terus melonjak seiring pertumbuhan produksi kendaraan listrik (EV) di berbagai negara, pengembangan energi baru terbarukan (EBT), hingga produksi chip kecerdasan buatan (AI).

Melansir situs resmi bursa efek Nasdaq, Selasa (29/4/2025), peningkatan permintaan ini terlihat dari produksi logam tanah jarang sepanjang 2024 kemarin yang mencapai 390.000 metrik ton di seluruh dunia. Angka ini tercatat naik tiga kali lipat dari 132.000 metrik ton pada 2017 lalu.

Mengingat perannya yang sangat strategis dalam berbagai sektor ini, berbagai negara mulai berlomba-lomba mengamankan rantai pasok logam tanah jarang. Baik melalui penguatan produksi domestik dan diversifikasi sumber impor.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lantas negara mana saja yang masuk dalam daftar produsen logam tanah jarang terbesar di dunia?

1. China

Jumlah produksi tanah jarang domestik China sepanjang 2024 kemarin diperkirakan mencapai 270.000 metrik ton. Angka ini naik cukup tinggi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar 255.000 metrik ton.


ADVERTISEMENT

Meski China menjadi negara dengan tingkat produksi terbesar di dunia, mayoritas hasil produksinya difokuskan pada logam tanah jarang ringan. Misalkan saja neodimium dan praseodimium yang banyak digunakan dalam pembuatan magnet berkekuatan tinggi.

Di luar itu, industri tanah jarang China dikendalikan oleh perusahaan tambang milik negara, yang memungkinkan Negeri Tirai Bambu untuk memegang kendali penuh atas hasil produksi. Walaupun hingga kini ekstraksi tanah jarang ilegal masih tetap menjadi tantangan, dan pemerintah Tiongkok terus mengambil langkah-langkah untuk mengekang aktivitas ini.

2. Amerika Serikat

Meski menempati peringkat kedua di dunia, jumlah produksi logam tanah jarang Negeri Paman Sam jauh lebih rendah dibandingkan China. Di mana sepanjang 2024 kemarin produksi tanah jarang domestik AS sebesar 45.000 metrik ton, naik dari 41.600 metrik ton pada 2023.

Mayoritas pasokan tanah jarang di AS saat ini hanya berasal dari tambang Mountain Pass di California, yang dimiliki oleh MP Materials. Perusahaan ini memproduksi neodymium dan praseodymium (NdPr) oksida dengan kemurnian tinggi, bahan utama untuk magnet neodymium iron boron (NdFeB) berkekuatan tinggi.

Di luar itu, AS merupakan importir utama bahan tanah jarang global. Di mana Survei Geologi AS (USGS) memperkirakan nilai impor tanah jarang Negeri Paman Sam sepanjang 2024 bisa mencapai US$ 170 juta.

3. Myanmar

Myanmar diperkirakan memproduksi 31.000 metrik ton tanah jarang sepanjang 2024 lalu. Jumlah ini tercatat menurun lebih dari 27% dari 43.000 metrik ton tanah jarang yang berhasil ditambang negara itu pada tahun sebelumnya.

Dikabarkan penurunan produksi jumlah tanah jarang sepanjang 2023 itu terjadi karena adanya penghentian sementara produksi imbas kekacauan setelah kudeta militer pada 2021. Di mana industri tanah jarang Myanmar dirundung kontroversi karena banyak dilaporkan dilakukan oleh penambang skala kecil ilegal dan terkait dengan kelompok milisi bersenjata.

Ironisnya, tindakan menambang logam-logam tanah jarang yang penting untuk teknologi energi bersih seperti EV dan turbin angin itu sendiri sarat dengan praktik yang merusak lingkungan yang merusak jalur air, satwa liar, dan tumbuhan di Myanmar.

4. Australia

Produksi tanah jarang Australia tercatat mencapai 13.000 metrik ton sepanjang 2024, turun dari 16.000 metrik ton pada tahun sebelumnya. Angka tersebut juga tercatat lebih rendah dibandingkan dengan hasil produksi 2021 sebesar 24.000 metrik.

Padahal negara ini diperkirakan memiliki cadangan tanah jarang terbesar keempat di dunia. Sehingga penting bagi pemerintah setempat untuk meningkatkan produksinya. Di mana melalui Pusat Penelitian dan Pengembangan Mineral Kritis Geoscience Australia, pemerintah berupaya untuk mempercepat pengembangan sumber daya tanah jarang negara tersebut.

Selain itu, Dana Rekonstruksi Nasional pemerintah telah mengalokasikan AU$ 200 juta untuk pengembangan proyek tanah jarang Nolans milik Arafura Rare Earths di Wilayah Utara, serta AU$ 400 juta untuk Iluka Resources untuk pembangunan kilang tanah jarang Enneaba di Australia Barat.

5. Nigeria

Nigeria mencatatkan lonjakan produksi logam tanah jarang yang cukup signifikan, menjadikannya salah satu produsen utama dunia. Di mana produksi komoditas satu ini sepanjang 2024 mencapai 13.000 metrik ton atau naik lebih dari 80% dibandingkan produksi tahun sebelumnya.

Negara Afrika ini merupakan pendatang baru dalam jajaran 10 negara penghasil tanah jarang teratas. Karena industri pertambangan tanah jarang Nigeria masih dalam tahap awal pengembangannya, sedikit yang diketahui tentang besaran cadangan logam tanah jarang di negara itu.

6. Thailand

Produksi tanah jarang Thailand tercatat mencapai 13.000 metrik ton pada 2024, naik 261% dari tahun sebelumnya. Produksi tanah jarang negara itu berhasil meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir jika dibandingkan dengan 2018 yang hanya 1.000 metrik ton.

Meski tidak banyak informasi yang tersedia tentang industri tanah jarang Thailand, negara tersebut merupakan sumber utama impor tanah jarang bagi China. Dalam hal ini raksasa kendaraan listrik China, BYD, telah membuka fasilitas manufaktur EV senilai US$ 486 juta di negara tersebut Juli lalu.

7. India

Produksi logam tanah jarang India pada 2024 tercatat mencapai 2.900 metrik ton. Jumlah ini tidak mengalami perubahan selama beberapa tahun sebelumnya.

Produksi negara tersebut mewakili kurang dari 1% pasokan tanah jarang global. Produksi tanah jarang India jauh di bawah potensinya, mengingat negara tersebut memiliki hampir 35% dari total deposit mineral pasir pantai dunia yang merupakan sumber tanah jarang yang cukup signifikan.

8. Rusia

Rusia memproduksi 2.600 metrik ton tanah jarang pada 2024, hampir sama dengan angka selama enam tahun sebelumnya. Dalam hal cadangan tanah jarang global, Rusia berada di peringkat kelima.

Rusia dilaporkan telah mengurangi pajak pertambangan dan menawarkan pinjaman diskon kepada investor dalam hampir selusin proyek yang dimaksudkan untuk meningkatkan pangsa negara itu dalam produksi tanah jarang global yang saat ini mencapai 1,3%, menjadi 10% pada tahun 2030.

Di mana deposit tanah jarang terbesar di negara itu, Tomtor, saat ini dikembangkan oleh TriArk Mining, perusahaan patungan yang dimiliki oleh konglomerat industri Rostec dan miliarder Alexander Nesis.

9. Madagaskar

Madagaskar diperkirakan memproduksi 2.000 metrik ton tanah jarang pada 2024, sedikit turun dari produksi tahun sebelumnya yang sebesar 2.100 metrik ton, dan turun drastis dari 6.800 metrik ton jika dibandingkan 2021 lalu.

Penurunan produksi tanah jarang dalam beberapa tahun terakhir ini sebagian besar disebabkan oleh meningkatnya protes dan penentangan terhadap penambangan tanah jarang dari para petani lokal.

Namun di kawasan Semenanjung Ampasindava dilaporkan memiliki 628 juta metrik ton tanah liat ionik dengan konsentrasi tanah jarang yang signifikan, khususnya untuk logam jenis disprosium, neodymium, dan europium.

Oleh karenanya kawasan ini dianggap sebagai salah satu endapan tanah jarang terbesar di luar China. Apakah tempat ini akan dikembangkan lebih jauh oleh pemerintah setempat atau tidak masih belum jelas.

10. Vietnam

Produksi tanah jarang Vietnam tercatat mencapai 300 metrik ton pada 2024, setara dengan produksi pada tahun sebelumnya. Namun, jumlah produksi tersebut turun 75% dari 1.200 metrik ton yang diproduksi pada 2022 lalu.

Vietnam memiliki cadangan tanah jarang terbesar keenam di dunia, termasuk beberapa endapan tanah jarang di perbatasan barat lautnya dengan China dan di sepanjang garis pantai timurnya.

Pemerintah negara tersebut dilaporkan cukup tertarik untuk membangun fasilitas energi bersih, termasuk panel surya. Sehingga negara ini tengah berupaya untuk memproduksi lebih banyak tanah jarang untuk rantai pasok domestik.

(igo/fdl)