
Jakarta –
Tingginya permintaan investor akan logam mulia untuk melindungi nilai aset mereka dari ketidakpastian ekonomi imbas perang dagang dan kebijakan tarif Presiden Donald Trump belakang ini membuat harga emas mencapai titik tertinggi di US$ 3.500 per troy ons pada perdagangan Selasa (22/4) kemarin.
Melihat kondisi saat ini, banyak analis ikut memperkirakan harga emas dunia akan terus meningkat. Misalkan saja analis dari J.P. Morgan yang memperkirakan logam mulia tersebut dapat menyentuh US$ 3.675 per troy ons pada kuartal keempat 2025, dan mencapai US$ 4.000 per troy ons pada kuartal kedua 2026.
Di saat logam mulia emas semakin dilirik, banyak investor malah cenderung menjual aset berupa Obligasi dan dolar AS karena turunnya kepercayaan mereka terhadap kondisi ekonomi Negeri Paman Sam ke depan. Namun apa yang membuat logam mulia emas menjadi sangat diminati saat terjadinya ketidakpastian global?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melansir CNBC, Kamis (24/4/2025), dosen sekolah akuntansi, keuangan, dan ekonomi di Universitas Waikato, Michael Ryan, mengatakan hal yang paling istimewa dari emas adalah kemampuannya melindungi nilai aset dari inflasi.
“Tarif diperkirakan akan menaikkan inflasi di AS, yang menyiratkan suku bunga masa depan yang lebih tinggi, yang kemudian akan menekan Treasury (obligasi AS),” kata Ryan.
ADVERTISEMENT
“Namun, emas secara historis dianggap sebagai lindung nilai inflasi, yang mungkin menjelaskan preferensi investor untuk memilikinya. Jadi mungkin sifat lindung nilai inflasi yang dirasakan dari emas lah yang membuatnya istimewa,” tambahnya.
Selain itu, rusaknya kepercayaan investor terhadap pemerintahan Trump membuat aset safe haven lain seperti obligasi Negeri Paman Sam menjadi kurang menarik. Jadi pada akhirnya pilihan para investor akan aset yang aman menjadi sangat terbatas, termasuk emas.
“Ada penurunan kepercayaan pada aset AS karena ketidakpastian ekonomi dan geopolitik,” kata Soni Kumari selaku ahli strategi komoditas di ANZ kepada i.
Belum lagi saat ini kondisi yang pasar secara luas memandang perang tarif Trump sebagai langkah kebijakan yang salah, dan independensi emas yang dirasakan dari kebijakan moneter dan fiskal apa pun telah meningkatkan daya tariknya.
“Tidak seperti mata uang atau obligasi pemerintah, emas tidak mengandung risiko kredit dan tidak terikat pada ekonomi atau politik suatu negara,” kata Alexander Zumpfe, pedagang logam mulia senior di Heraeus.
“Hal ini khususnya relevan di saat kepercayaan pada instrumen keuangan tradisional sedang goyah,” paparnya.
(igo/fdl)