
Jakarta –
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membeberkan angka literasi keuangan syariah masih rendah. Indeks literasi keuangan syariah pada 2024 sebesar 39,1% sementara literasi keuangan konvensional 65,43%.
Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan dan Komunikasi OJK Mohammad Ismail Riyadi mengatakan indeks literasi keuangan syariah yang masih rendah ini berarti masih banyak penduduk Indonesia belum memahami produk-produk keuangan syariah yang disebabkan beberapa faktor.
Pertama, produk keuangan syariah yang belum merata. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kantor cabang industri layanan keuangan syariah yang belum merata.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“(Kedua) Mungkin dari sisi produk-produknya yang memang harus ditingkatkan keterjangkauannya. (Ketiga) Kemudian kompetitif dan inovasinya,” kata Ismail di Menara Radius Prawiro, Jakarta Pusat, Senin (28/4/2025).
Meski begitu, Ismail menilai angka indeks literasi keuangan syariah naik, dari sebelumnya 19% menjadi 39%. Di sisi lain, Ismail menerangkan tantangannya bukan hanya meningkatkan literasi keuangan syariah, tapi juga inklusivitasnya.
ADVERTISEMENT
Pihaknya berencana menggerakkan Agen Laku Pandai Syariah ke daerah-daerah terpencil. Selain itu, OJK juga akan menyelenggarakan program Sahabat Ibu Cakap Literasi Keuangan Syariah (Sicantiks). Program tersebut didesain untuk memberdayakan kelompok perempuan melalui penggunaan duta-duta keuangan perempuan.
OJK menargetkan pembentukan 2 juta duta keuangan dan agen literasi inklusi keuangan, khususnya syariah. Melalui program ini, para duta keuangan bisa membagikan literasi keuangan.
“Kemudian memposting dan sebagainya kepada komunitas dari ibu-ibu sekalian dan apalagi ini adalah sudah certified ya, bisa jadi ini ada CFP yang berada di independen ya. Jadi harapannya bukan hanya untuk mengajarkan pilihan-pilihan pengelolaan keuangan, tetapi sekaligus juga termasuk modul-modul lain dan informasi tentang kejahatan finansial digital misalkan seperti itu,” jelas Ismail.
(rea/ara)