
Jakarta –
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Shinta Kamdani menepis anggapan ekosistem investasi baterai EV menurun. Hal itu ia ungkap menyusul batalnya investasi LG Energy Solution senilai US$ 7,7 miliar atau sekitar Rp 129 triliun (kurs Rp 16.800).
Ia mengatakan, batalnya investasi LG kuat dipengaruhi oleh perubahan strategi perusahaan menyusul tarif tinggi yang diterapkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Shinta menegaskan, batalnya investasi jumbo LG perlu dilihat secara jeli.
“Ini semua harus dilihat secara jeli. Mundurnya LG bukan semata-mata karena ekosistem di Indonesia,” ujar Shinta kepada wartawan di The Langham Hotel, Jakarta, Senin (28/4/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menjelaskan, perubahan arah investasi LG di Indonesia juga terjadi imbas kebijakan Inflation Reduction Act (IRA), di mana pemerintah AS tengah berupaya menekan defisit anggaran.
“Mereka juga demand daripada EV itu juga berbeda, dan mereka juga harus memperhatikan untuk investasi mereka di Amerika Serikat. Karena kan dengan adanya IRA, dengan Inflation Reduction Act, itu kan sangat mempengaruhi,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Namun begitu, Shinta mengatakan para investor Korea Selatan menyatakan siap berinvestasi di Indonesia. Bahkan, ia menyebut ada banyak sektor yang akan dijajaki Korea Selatan di Indonesia.
“Walaupun LG punya planning lain, tapi banyak juga sudah kesiapan daripada investor lain yang mau masuk. Termasuk juga Korea melihat juga dari banyak sektor. Jadi kalau urusannya cuma urusan ekosistem di Indonesia, ya pasti kan nggak mungkin dong mereka berminat untuk masuk ke Indonesia,” ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani mengungkap, batalnya investasi LG terjadi akibat diminta mundur oleh pemerintah karena proses negosiasi yang terlalu lama.
Adapun kesepakatan awal proyek baterai EV dengan LG sebelumnya telah tercapai pada tahun 2020. Namun lima tahun berselang, LG belum juga merealisasikan investasinya di Tanah Air.
Pemerintah meminta agar LG keluar dari proyek tersebut usai Kementerian ESDM yang dipimpin Bahlil Lahadalia memberikan surat resmi untuk LG soal permintaan keluar dari proyek ekosistem baterai listrik Rp 164 triliun. Surat itu, kata Rosan, disampaikan ke LG pada tanggal 31 Januari 2025.
Kini posisi LG itu digantikan oleh perusahaan China Huayou yang memang menyatakan minatnya untuk berinvestasi di proyek baterai kendaraan listrik di Indonesia.
“Karena memang dari Huayou juga berminat untuk berinvestasi, karena mereka teknologi juga sudah ada. Mereka yang akan me-replace posisi LG,” terang Rosan di Kantor Presiden, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Rabu (23/4/2025).
(kil/kil)