
Jakarta –
Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) menandatangani nota kesepahaman membangun investasi dan kerja sama bilateral bersama Federation of Korean Industries (FKI) dalam acara Business Roundtable di The Langham Hotel, Jakarta, Senin (28/4/2025).
Ketua APINDO Shinta Kamdani mengatakan, investasi Korea Selatan di Indonesia secara footprint tercatat mencapai US$ 15,4 miliar atau sekitar Rp 252,9 triliun (asumsi kurs Rp 16.862) pada tahun 2023. Melalui penandatanganan tersebut, FKI hendak memperkuat investasi di berbagai sektor, seperti manufaktur, kendaraan listrik, ritel, petrokimia, teknologi hijau, hingga fintech.
“Delegasi bisnis Korea hari ini yang mewakili yang terbaik dari Korea membawa serta total investasi sebesar US$ 15,4 miliar di Indonesia,” kata Shinta dalam sambutannya dalam acara Business Roundtable di The Langham Hotel, Jakarta, Senin (28/4/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Shinta mengatakan, hubungan APINDO-FKI menandai tonggak sejarah yang merumuskan kemitraan ekonomi strategis. Penandatanganan nota kesepahaman ini juga sekaligus membentuk Dewan Bisnis Korea-Indonesia.
Shinta mengatakan, FKI merupakan asosiasi yang mewadahi lebih dari 560 perusahaan besar dan 34 dewan bisnis bilateral di 32 negara. Sementara APINDO, asosiasi pengusaha di 22 sektor ekonomi yang hadir di 34 provinsi dan lebih dari 305 kota.
ADVERTISEMENT
“Nota kesepahaman ini memformalkan komitmen kami untuk memperkuat hubungan bisnis dan mempromosikan investasi dan perdagangan di seluruh sektor utama yang menjadi kepentingan bersama,” ungkapnya.
Dalam acara tersebut, APINDO dan FKI juga membahas lima isu prioritas yang berkaitan dengan investasi Korea Selatan di Indonesia. Pertama, Indonesia akan berkomitmen memperkuat iklim investasi, termasuk dengan perusahaan Korea Selatan.
Kedua, APINDO mendorong kolaborasi melalui Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara). Ketiga, Indonesia berkomitmen untuk menyederhanakan regulasi, meningkatkan transparansi, dan memastikan persaingan yang adil bagi semua investor.
Keempat, Indonesia menegaskan komitmennya tentang pengembangan ekosistem kendaraan listrik Korea Selatan. Kelima, kolaborasi antara Indonesia dan Korea Selatan untuk memperkuat rantai pasok serta perdagangan bilateral di tengah ancaman tarif impor Amerika Serikat.
“Indonesia menawarkan basis alternatif strategis yang stabil bagi industri Korea,” tutupnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Delegasi FKI sekaligus Ketua LOTTE Group Shin Dongbin mengatakan, Korea Selatan telah menjadi mitra strategis bagi Indonesia. Melalui kerja sama ini, FKI akan memperkuat kolaborasi dengan sumber daya Indonesia dan teknologi manufaktur canggih milik Korea Selatan.
“Maka kita dapat mendorong pertumbuhan industri hilirisasi (downstream industry) di Indonesia, yang berorientasi pada peningkatan nilai tambah industri nasional. Contohnya, Hyundai Motor dan LG Energy Solution telah membentuk usaha patungan untuk membangun fasilitas produksi kendaraan listrik dan baterai sel di Indonesia,” jelasnya.
Selain itu, Shin juga menyebut banyak perusahaan Korea Selatan lain yang juga berdiri di Indonesia. Kehadiran perusahaan tersebut dilakukan untuk membangun rantai pasok yang mencakup pengolahan nikel hingga produksi barang jadi.
Sementara di sektor keuangan, Korea Selatan juga hadir melalui perbankan KB Financial Group dan asuransi Hanwha Life. Kedua perusahaan tersebut telah memperluas kerja sama dengan menawarkan layanan perbankan dan asuransi di Indonesia.
“Melalui penandatanganan MOU antara Federasi Pengusaha Korea dan APINDO hari ini, kita akan membangun kerja sama ekonomi bilateral yang lebih erat dan berkelanjutan,” tutupnya.
(acd/acd)