
Jakarta –
Pemerintah Indonesia belum ada rencana melakukan ekspor beras. Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengatakan saat ini pemerintah berupaya untuk menjaga dan menambah cadangan pangan pemerintah (CPP) terlebih dahulu.
Karena CPP berfungsi sebagai stok cadangan jika terjadi situasi yang tidak diinginkan di dalam negeri. Dengan CPP, Indonesia dapat mandiri untuk melakukan intervensi harga dan stok di pasaran.
“Kalau secara logika, kebutuhan kita 30,5 juta ton beras, Insyaallah tercukupi, 2 juta tambah 1,5 itu sekitar 3,5 juta ton itu. Insyaallah kalau panennya semua normal aja, sampai tahun 2027 itu cukup, 2026 atau 2027. Insyaallah kalau normal, kita nggak pernah tahu, sehingga cadangan pangan itu penting,” kata Arief ditemui di Kantor Bapanas, Jakarta, Selasa (29/4/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara terkait dengan pernyataan Presiden Prabowo Subianto yang telah merestui Indonesia ekspor beras, Arief memahami maksud penyataan dari orang nomor satu di Indonesia itu. Arief mengatakan Prabowo hanya ingin membantu negara lain yang kesulitan akan kebutuhan pokoknya.
“Pak Presiden itu, orang yang humanity-nya sangat tinggi. Begitu melihat, negara atau tetangga kurang beras gitu, yang dipikirkan oleh beliau itu bagaimana membantu. Saya juga dengar statement-nya, Pak Menteri Pertanian, jangan dulu, kita dulu.”
ADVERTISEMENT
Arief mengatakan ada peluang Indonesia untuk ekspor beras, namun harus dengan perhitungan yang matang. Dalam catatannya, kekuatan cadangan beras Indonesia cukup tinggi dengan jumlah di atas 3 juta ton.
Namun, Arief mengingatkan bahwa produksi beras tidak sepanjang tahun mengalami kenaikan. Cadangan beras itulah yang akan dibutuhkan saat produksi beras menurun.
“Catatan kita ada masuk 1,4 juta ton, tambah 2 juta ton, kurangi 200 ribu ton, kan sudah ada di atas 3 juta ton, sebenarnya cukup. kenapa presiden merestui, ka karena udah tahu stok kita ada 3 juta ton. Tapi kan ini besok produksi tidak naik terus, ada turun, itu sebabnya, kita kalau di ilmu konstruksi itu cup and fill, itu nanti buat yang belakang,” ujar dia.
Sebelumnya, Prabowo memberikan izin pengiriman beras atau ekspor ke negara lain dengan alasan memenuhi asas kemanusiaan. Bahkan dia bilang, saat beras diekspor, jangan terlalu banyak mencari untung, yang penting bisa balik modal sudah cukup.
“Saya izinkan dan saya perintahkan, kirim beras ke mereka, dan kalau perlu, sekarang. Ini atas dasar kemanusiaan. Kita jangan terlalu cari untung besar, yang penting ongkos produksi, plus angkutan, plus administrasi kembali,” kata Prabowo saat peluncuran Gerakan Indonesia Menanam di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, Rabu (23/4/2025) kemarin.
Mantan Menteri Pertahanan itu juga mengatakan potensi itu dia buka karena beberapa negara sudah mulai melakukan pendekatan agar Indonesia mau berbagi pasokan berasnya.
Dia tak mengungkapkan negara mana yang meminta beras ke Indonesia. Yang jelas mereka sudah menyatakan minat secara langsung agar Indonesia mau mengirimkan beras ke negaranya.
“Dengan perhitungan, bahwa kita sudah sangat cukup produksi kita, ada beberapa negara yang sudah mendekati kita. Saya dapat laporan dari Menteri Pertanian, Menko Pangan, beberapa negara minta agar kita kirim beras ke mereka,” paparnya.
(ada/kil)