
Jakarta –
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sebanyak 37% dari 16.021.179 investor di pasar modal merupakan perempuan. Hingga 22 April 2025, total aset investor perempuan mencapai Rp 500 triliun atau lebih dari 30% total aset investor pasar modal berdasarkan data C-BEST dan S-Invest PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
Namun begitu, capaian tersebut menunjukkan rendahnya tingkat inklusi perempuan di pasar modal, jika dibandingkan dengan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2024.
Berdasarkan gender, indeks literasi keuangan komposit perempuan lebih tinggi yakni, sebesar 66,75% dibanding laki-laki 64,14%. Sementara indeks inklusi keuangan komposit, perempuan juga tercatat lebih tinggi yakni sebesar 76,08% dibanding laki-laki sebesar 73,97%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Angka tersebut menunjukkan bahwa tingkat inklusi perempuan terkait pasar modal masih lebih rendah,” kata Sekretaris Perusahaan BEI Kautsar Primadi Nurahmad, dalam keterangannya, dikutip Minggu (27/4/2025).
Untuk menumbuhkan inklusi keuangan perempuan di pasar modal, BEI juga telah menyelenggarakan HERSHARE 2025 di Makassar pada Jumat (25/4/2025) lalu. Acara tersebut menjadi wadah bagi perempuan meningkatkan pengetahuan berinvestasi di pasar modal.
ADVERTISEMENT
Dalam acara tersebut, BEI mengenalkan berbagai program untuk mendorong tingkat inklusi perempuan di pasar modal seperti, Investroopers, IDX Islamic Challenge (I2C) dan IDX Islamic Dare To Invest. Melalui program-program tersebut, BEI berharap akan semakin banyak investor perempuan di pasar modal.
“Stigma bahwa investasi bersifat rumit dan hanya bisa dilakukan oleh laki-laki dapat berubah sehingga inklusi pasar modal menjangkau semua gender dan latar belakang masyarakat Indonesia. Selain itu pula, ke depannya diharapkan inklusi dan partisipasi perempuan di pasar modal syariah Indonesia semakin meningkat dengan berbekal pengetahuan yang juga memadai,” tutup Kautsar.
(kil/kil)